Waspada, ini jenis Modus Penipuan Online yang akan Kuras Habis Uang Anda

Tidak dapat dipungkiri lagi, seiring berkembangnya zaman modus penipuan online juga semakin beragam. Kini sebaiknya Anda pun bukan saja melindungi keamanan rekening tabungan, akan tetapi akun dompet elektronik yang Anda miliki pun harus diamankan.

Mungkin Anda pernah menerima telepon dari nomor asing yang tidak dikenal. Kemudian orang tersebut mengatasnamakan dirinya sebagai operator seluler ternama, petugas bank, atau customer care dari sebuah perusahaan financial technology (fintech).

Jika telepon itu tidak segera ditutup, maka biasanya orang tersebut akan melakukan pendekatan sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi pribadi Anda, seperti misalnya nomor PIN, Password, ataupun kode OTP.

Apabila salah satu nomor / kode super rahasia tersebut berhasil didapatkannya, maka Anda bisa disebut telah menjadi seorang korban penipuan online dengan modus social engineering atau rekayasa sosial.

Namun, Anda tidak sendirian. Penipuan online tercatat sebagai salah satu kejahatan paling banyak sepanjang 2019. Dilansir dari CNN Indonesia, kasus penipuan online selama 2019 tergolong ekstrem dengan sedikitnya terdapat 2.300 laporan.

Modus penipuan yang kerap digunakan adalah rekayasa sosial yaitu teknik manipulasi untuk membuat orang mengikuti perilaku yang diharapkan. Teknik rekayasa sosial sendiri sebetulnya bukanlah hal yang buruk. Namun sayangnya, teknik ini kerap disalahgunakan untuk berbagai aksi kejahatan.

Nah, agar Anda tidak menjadi salah satu korbannya, yuk kenali dan pahami empat teknik rekayasa sosial yang paling populer, berikut ini:

1. Phishing


Pernah menerima email atau pesan SMS berisi link ke suatu situs tertentu? Kalau iya, hati-hati terkena phishing ya.

Waspada, Modus Penipuan Online Ini Bisa Kuras Habis Uang Anda

Istilah dari rekayasa sosial untuk yang satu ini berasal dari kata fishing yang berarti memancing. Pelaku phishing akan mengelabui target dengan meletakkan ‘pancingan’ berupa link atau situs web perusahaan atau lembaga tertentu yang dibuat menyerupai sumber aslinya. Misalnya, alamat domain, logo, dan lain sebagainya.

Ketika Anda masuk ke dalam situs palsu ini, Anda akan diminta untuk login dengan memasukkan email, password, hingga PIN ATM. Dengan cara ini, pelaku bisa memperoleh informasi berharga milik korban bahkan tanpa korban sadari.

Untuk menghindari aksi penipuan online dengan modus phishing, Anda harus ekstra cermat tiap kali menerima email ataupun masuk ke dalam situs tertentu.

Secerdas apapun pelaku dalam menirukan isi email dan tampilan situs web yang digunakan, tentunya ada hal mencurigakan yang dapat sadari. Misalnya, email pengirim atau situs domain.

Jika menerima email mencurigakan yang meminta Anda mengisi sejumlah data pribadi, seperti nomor kartu kredit atau debit, nomor KTP, dan sebagainya, jangan ragu untuk melakukan konfirmasi ke perusahaan atau lembaga terkait.

Carilah situs resmi dari perusahaan tersebut melalui mesin pencari, seperti Google, lalu hubungi customer care pada nomor yang tertera.

2. Baiting


Modus penipuan baiting hampir sama dengan teknik phishing. Penipuan dilakukan dengan menggunakan tautan atau situs ‘pancingan’.

Bedanya, ‘pancingan’ pada baiting adalah hal yang menarik dan dianggap bernilai bagi calon korban, sehingga calon korban tergoda membuka tautan yang diberikan.

Sebut saja, tawaran hadiah barang, tautan unduhan film, ataupun aplikasi gratis yang telah disisipi file berbahaya. Selanjutnya, sama seperti modus phishing, Anda akan diminta mengisi data pribadi seperti email dan kata sandi.

Sebetulnya, tak sulit menghindari jebakan baiting. Kuncinya adalah dengan tetap waspada dan tidak mudah percaya terhadap iming-iming dari sumber yang tak jelas.

3. Pretexting


Modus penipuan satu ini mungkin yang paling sering ditemui. Pelaku penipuan mengaku sebagai seorang ahli atau orang lain yang dikenal dan dapat dipercaya oleh calon korban. Teknik ini disebut sebagai pretexting.

Sebagai contoh, pelaku berpura-pura sebagai petugas bank atau customer care dan seolah sedang melakukan konfirmasi identitas terhadap pihak yang dihubungi.

Pelaku akan mengajukan serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi identifikasi korban, seperti nomor rekening, KTP, nama ibu kandung, hingga tempat atau tanggal lahir.

Tak hanya password atau PIN ATM, sederet data di atas pun sudah cukup untuk bisa membobol rekening tabungan di bank, loh.

Oleh sebab itu, pastikan Anda mengecek nomor panggilan yang masuk. Jika nomor tak dikenali atau terdaftar atas nomor pribadi, maka Anda patut merasa curiga.

4. Quid Pro Quo


Quid pro quo merupakan frasa Latin yang berarti ‘sesuatu untuk sesuatu’ atau secara sederhana bisa dimaknai sebagai barter.

Pada dasarnya, frasa ini tidak selalu berkonotasi negatif. Misalnya, dua perusahaan yang saling bertukar jasa, dua orang yang saling bertukar bantuan, dan sebagainya.

Baca juga: Cara Mudah Mengimpor Akun Email Lama Dari Layanan Lain Ke Gmail

Dalam penipuan online, teknik quid pro quo digunakan pelaku dengan berpura-pura menawarkan bantuan atau jasa pada calon korban dengan meminta calon korban melakukan tindakan tertentu sebagai imbalannya.

Misalnya, seorang hacker secara acak menghubungi nomor telepon perusahaan atau individu, lalu berpura-pura sebagai ahli IT atau orang dari departemen IT. Tindakan ini dilakukan sampai pelaku menemukan orang atau perusahaan yang memang sedang membutuhkan jasa ahli IT.

Pelaku akan menawarkan jasa perbaikan dan memandu korban untuk memasukkan perintah, seperti mengganti password atau membuka situs yang terinfeksi malware.

Agar tidak terjebak dari keempat modus penipuan online di atas, pastikan untuk tidak membuka tautan yang tidak jelas sumbernya. Dan jangan pula membagikan nomor-nomor penting dan nrahasia, seperti PIN ATM, Kata Sandi Akun, Password Email, ataupun kode OTP yang diperoleh. Dan yang tidak kalah penting, ubah kata sandi dompet elektronik secara berkala ya.

Post a Comment for "Waspada, ini jenis Modus Penipuan Online yang akan Kuras Habis Uang Anda"